Beberapa waktu telah berlalu setelah himbauan social distancing dari pemerintah. Kesimpulannya makin jelas: himbauan ini tak efektif untuk membuat orang bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Di Gowa, Sulawesi Selatan, ribuan warga mendatangi tablig akbar seolah-olah COVID-19 bukanlah hal menakutkan. Di Prabumulih, Sumatera Selatan, Walikota mengabaikan instruksi pemerintah pusat untuk meliburkan sekolah dan PNS. Yang juga mengagetkan adalah ini: di Jakarta, masjid-masjid tetap diramaikan oleh jamaah di hari Jumat. Padahal tak kurang dari pejabat teras dan alim ulama terkemuka meminta masyarakat menahan diri tak ke masjid. Dalam situasi krisis, tampaknya himbauan belaka tak cukup bagi masyarakat Indonesia. Jalan-jalan masih saja ramai (dan macet di beberapa tempat!). Ini bukan semata-mata soal ekonomi dan mata pencaharian (banyak yang menggantungkan diri pada upah dan penghasilan harian), tetapi lebih dari itu; masyarakat kita cenderung menunjukkan dirinya sebagai the unprepared society, yakni masyarakat yang kurang awas melihat kemungkinan-kemungkinan terburuk di masa mendatang.